Jumat, 31 Oktober 2008

Lanjutkan Gebrakan, Supermamadou!

NIANE Mamadou kini tengah dielu-elukan publik sepakbola Banda Aceh. Bagaimana tidak? Turun kembali usai liburan jeda musim Ramadhan, penyerang lincah ini membuat gebrakan yang membuat seisi Stadion H Dimurthala meledak dalam tawa kemenangan.

Supermamadou memang menjadi andalan di tubuh bonden Kutaraja saat ini. Lewat aksi-aksi apiknya, mantan pilar timnas junior Mali ini sukses membuat lini belakang lawan ketar-ketir. Ditambah lagi, ia adalah pembobol gawang lawan terbanyak alias top skorer sementara untuk Persiraja dengan torehan empat gol. Catatan tersebut kian mengukuhkan mantan top skor PS Sleman ini sebagai kartu as bagi tim besutan Herry Kiswanto.

Kini Mamadou kembali dipercaya sebagai hulu ledak Laskar Rencong ketika menjamu Persikab Bandung di Stadion H Dimurthala Lampineung, Banda Aceh, Sabtu (1/11). Pemain berusia 30 tahun ini diharapkan mampu menunjukkan peak performance-nya lagi seperti saat menggerus tim Tanah Pasundan lainnya, Persikabo Bogor, awal pekan silam.

Saat itu, pemain yang juga sempat memperkuat Persijap Jepara dan PS Semen Padang ini secara jeli berhasil lolos dari jebakan offside dan tanpa ampun merobek gawang Persikabo dengan memanfaatkan umpan terobosan cantik dari Abdul Musawir.

Gol tersebut kontan membangkitkan semangat skuad Lantak Laju. Hasilnya, mereka sukses menambah satu gol pengunci kemenangan lewat sundulan Nanda Lubis.

Kendati Persikab saat ini juga sedang bagus-bagusnya, namun keberhasilan menghantam Persikabo menjadi modal luar biasa bagi Persiraja untuk kembali mencetak gebrakan. Tentu bersama sang bintang, Mamadou.

Mamadou memang penyerang yang bertipikal on target pressure. Umpan-umpan dan posisinya kerap memanjakan rekan-rekannya di lini depan. Belum lagi jika melihat akselerasi dan dribbling bola menawannya yang mampu menyihir para bek lawan.

Pemain yang mengidolakan legenda sepakbola asal Prancis, Zinedine Zidane ini memang punya karakter mirip mantan playmaker Real Madrid tersebut. Dengan skill individu fantastis plus empunya pundi-pundi gol terbanyak, Mamadou kian menjelma sebagai ikon tak tergantikan di skuadra Kutaraja.

Lewat sentuhannya, Supermamadou kembali mengilapkan taring Persiraja yang pernah tumpul di pertengahan awal musim. Taring yang bakal mencabik-cabik Persikab Bandung di kandang angker Stadion H Dimurthala.

Rabu, 29 Oktober 2008

Saatnya Berevolusi, PSAP!

PSAP Sigli ini tengah dirundung awan gelap. Aib demi aib dituai bonden Pidie di kompetisi Indonesia Premier League (IPL) karena hilangnya rasa kesolidan tim. Ya, inilah saat untuk berevolusi!

Akibat dua kali kekalahan di kandang sendiri, PSAP tanpa ampun terjerembab di dasar jurang degradasi. Tak hanya itu, rasa saling tidak percaya di antara pengurus dan pelatih serta pemain kian memicu retaknya keharmonisan di tubuh Laskar Aneuk Nanggroe.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di antara pengurus PSAP terjadi keretakan. Saling tuding dan menyalahkan sesama pengurus membuat tim kesayangan publik Pidie itu porak-poranda. Para pendukung serta masyarakat pun meminta PSAP segera melakukan evaluasi.

Usman Ali (40 tahun) warga Beureuneun, menuturkan, keterpurukan tim kesayangan masyarakat Pidie itu disebabkan ‘perang’ antar perangkat tim, sehingga pada setiap laga PSAP menderita kekalahan. "Ini jangan dianggap remeh," cetusnya.

Bahkan, kekalahan beruntun PSAP adalah fenomena mengerikan serta ‘dosa’ bagi Stadion Kuta Asan dan suporter Pidie . Pasalnya, dalam sejarah sulit buat tim lawan untuk mengalahkan PSAP di kandang sendiri. "Ini kan akibat tidak becusnya pengurus dalam menangani tim," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Mustafa (28 tahun), warga Batee. Sebut dia, kekalahan PSAP lebih disebabkan kualitas pemain sangat buruk, sehingga membuat tim ini tidak bisa berbuat banyak di kancah IPL. "Jika tidak ingin terpuruk maka pengurus wajib intropeksi diri, bukannya saling menyalahkan," paparnya.

PSAP kini memang tak berkutik di dasar klasemen sementara IPL. Hal ini jelas membuat peluang ancaman terdegradasi ke Divisi I semakin terbuka. Apalagi para suporter telah jenuh dan lelah oleh tren buruk klubnya.

Kejenuhan ini menjadi handicap serius yang mesti dibaca oleh para petinggi PSAP. Tak jarang sebuah klub ditinggalkan para pendukungnya karena tak mampu bangkit dan enggan mendengarkan suara-suara suporter.

Untuk itu, tak ada jalan bagi bonden Pidie selain melakukan perombakan ekstrim mulai sekarang. Solusinya, bisa saja dengan lebih menaruh perhatian pada saran-saran pendukung dan memberikan ruang gerak lebih luas bagi para pencari bakat untuk menyeleksi para pemain yang dianggap punya mental serta mempu mengembalikan marwah PSAP sebagai salah satu klub yang pernah disegani di peta persepakbolaan nasional.

Ya, jika hal seperti ini dilaksanakan sedari dini, maka bukan tak mungkin taring PSAP kembali menggigit. Taring yang pernah mencabik-cabik kemapanan tim-tim tenar di Liga dan Copa Indonesia.Ayo, PSAP! Bangkit dan tunjukkan bahwa tajimu masih tajam untuk mencengkram dinding terjal Divisi Utama PSSI. Mari lakukan perubahan demi nama Aneuk Nanggroe yang pernah jaya di belantika sepakbola nusantara.

Tarian Maut Leo-Musawir

LEONARDO Felicia dan Abdul Musawir sedang berada dalam performa tinggi. Usai membawa Persiraja menahan imbang PSSB Bireuen di laga derby serta menaklukkan PSDS Deli Serdang, tarian maut mereka kembali membantu skuad Banda Aceh mengubur Persikabo Bogor di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh.

Kendati tak mencetak gol, permainan apik mereka kerap membuat pontang-panting barisan belakang lawan. Permainan yang membawa Persiraja mencecar gawang Persikabo dua gol tanpa balas.
Duet mesin gol Lantak Laju ini memang tengah on fire. Sejak digulirkannya Indonesia Premier League (IPL) musim 2008-2009, kolaborasi ujung tombak Persiraja ini memang menjadi momok menakutkan para bek dan kiper rival-rivalnya.

Yang masih segar dalam ingatan tentu saja dua laga terakhir pasca jeda musim bulan Ramadhan. Ketika itu, Musawir hampir saja mempersembahkan tiga angka bagi Laskar Rencong di markas PSSB Bireuen. Saat itu, golnya di menit ke-20 membuat seisi Stadion Cot Gapu bungkam. Sayang, 18 menit kemudian, Zulkarnaen sukses mencetak gol balasan.

Sewaktu melawat ke kandang PSDS, giliran Leo yang unjuk gigi. Jugador asal Argentina ini membawa Persiraja menjungkalkan Tim Traktor Kuning via sebuah tendangan bebas nan menawan. Kendati menang tipis 1-0, tiga poin sukses ditenteng pulang skuad besutan Herry Kiswanto.
Menargetkan titel kampiun IPL atau promosi ke Super Liga tentu juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Asa yang membubung tinggi seketika dapat berubah menjadi bumerang.

Kendati demikian, Leo-Musawir menjanjikan peluang bagi Persiraja di lini depan. Sedangkan di garis pertahanan, Yusdianto yang tampil gemilang di laga kontra PSDS ketika menggantikan peran Toung Elly sebagai komandan barisan belakang, diharapkan konsisten mementahkan gelombang serangan lawan. Sementara Toung Elly bersama Yudho Prasetyo tak diragukan lagi sebagai palang pintu utama.

Urusan playmaker masih milik Djibril sebagai pembuka alur serang bagi kompatriotnya di lini depan. Pemain satu ini memang diharapkan mampu membuat pasukan rencong oranye terus tertawa di kancah Liga Indonesia. Djibril jugalah yang punya andil atas hidupnya strategi tempur Persiraja saat menjungkalkan kemapanan PSDS Deli Serdang di Stadion Baharuddin Lubuk Pakam serta kemenangan meyakinkan 2-0 atas Persikabo di markas klub kebanggaan publik Banda Aceh tersebut.

Masih belum cukup. Skuadra Ibukota Serambi Mekkah ini juga dipastikan kembali diperkuat penyerang lincah mereka, Mamadou yang telah kembali dari masa libur. Hadirnya Mamadou tentu lebih membuat leluasa gerakan Leo-Musawir untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan. Terbukti saat menggilas Persikabo, Mamadou tampil sebagai pahlawan dengan mencetak gol kemenangan.

Ya, atmosfer positif ini wajib dimanfaatkan Leo-Musawir untuk terus mencetak gol-gol di gawang lawan. Lewat perpaduan tarian Tango dan semangat Laskar Rencong, mereka berambisi memberikan senyum kemenangan di wajah suporter Kutaraja. Kemenangan yang sekaligus menjaga keangkeran Stadion H Dimurthala.

Kamis, 23 Oktober 2008

Kempo Aceh Minim Dukungan


USAHA untuk meningkatkan prestasi terus dilakukan para insan Kempo di Aceh. Berbagai program serta sumbangan fisik mereka coba demi meningkatkan semangat. Setelah tsunami dan konflik melanda Provinsi paling barat Indonesia ini, mental dan psikis atlet tentunya wajib dibangun kembali.


Upaya membangun hal tersebut tentu bukan hanya mengumbar senyum dan kata-kata. Mereka menuntut agar ada lembaga yang bisa men-support keberadaan salah satu cabang bela diri ini.


Apalagi saat ini mereka tengah serius menggerakkan program atlet kempo untuk anak-anak korban tsunami dan konflik. Anak-anak tersebut direkrut dari sebuah yayasan di Aceh Besar. Panti yang bernama Fajar Hidayah ini selain menampung sejumlah anak-anak korban konflik dan tsunami, juga ada anak-anak yatim dan tak memiliki tempat tinggal.


Haspriadi, atlet senior kempo Aceh, mengatakan bahwa dirinya dibantu beberapa rekannya mencoba membimbing anak-anak yayasan ini untuk serius berlatih kempo. Ia merekrut 25 orang dari yayasan tersebut untuk dibimbing dibawah arahan Deny Firmansyah, seorang pelatih muda yang juga mantan anak asuh Haspriadi.


“Saya menginginkan anak-anak ini dapat menjadi penerus atlet kempo berbakat di Aceh,” ujar Haspriadi. Pria berusia 33 tahun ini menambahkan bahwa suatu saat anak-anak asuhnya tersebut dapat berprestasi baik di ajang nasional maupun internasional.


Namun kendala fasilitas dan dana selalu membentur langkah mulia Haspriadi. Latihan yang dipusatkan di belakang Stadion Harapan bangsa, Lhoong Raya tersebut acapkali tidak disertai oleh fasilitas yang memadai. Mereka berlatih dengan modal fasilitas 'pinjam-pinjam'.


Haspriadi bukannya diam saja dengan hal tersebut. “Saya miris melihat minimnya fasilitas dan dana untuk program ini,” ungkapnya. Meski begitu ia berusaha melengkapi alat-alat latihan dengan fasilitas yang ia punya, itupun seadanya. “Demi melihat anak-anak konsisten latihan, saya sudah meminjamkan beberapa alat-alat yang saya punya, seperti glove, body protector dan matras,” kata atlet yang juga sempat berjibaku di PON Kaltim ini.


Sekretaris Umum Persatuan Kempo Indonesia (PERKEMI) Kota Banda Aceh, Agus Wahyudi, mengatakan bahwa program usia dini ini telah mereka layangkan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) NAD, namun hingga kini belum ada jawaban pasti dari dinas tersebut.


“Kami sudah membuat surat proposal ke DISPORA, tapi belum disetujui,” kata Agus. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tak tertutup kemungkinan program itu akan dilaksanakan tahun depan.Dalam kesempatan lain Agus juga menyebutkan kurangnya kualitas pelatih yang ada. Hal ini tentu saja dibutuhkan generasi atlet masa depan untuk menuai prestasi di ajang yang bergengsi. “Secara umum dan yang paling mendasar kami butuhkan sekarang adalah peningkatan kualitas pelatih. Selama ini kualitas pelatih yang ada tidak mumpuni dalam menggenjot performa atlet,” terangnya.

Bryan, Si Benteng Muda Serambi Mekkah


BUAH jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini lazim diucapkan bagi sesuatu atau seseorang yang mengikuti jejak pendahulunya. Tak hanya darah yang mengalir di tubuh seseorang tersebut, terkadang kemampuan dan genetika secara harfiah pun ikut bersemayam pada dirinya.


Itulah yang dimiliki Bryan, pemain bola muda usia yang merambah jejak sang ayah. Bocah bernama lengkap Bryan Muharram ini memang berpotensi sebagai suksesor dan bintang sepakbola tanah rencong masa depan.


Ya, anak pasangan mantan pelatih PSMS, Iwan Setiawan dan Dewi Anggreini tersebut memang berdarah Aceh tulen. Kendati terlahir di Tangerang namun kedua orang tuanya berasal dari Aceh. Sang ayah yang juga mantan pemain Pelita Jaya itu adalah kelahiran Aceh Selatan dan besar di Sabang. Ibunya tak jauh beda, lahir serta menghabiskan masa kecil di Aceh Tenggara.


Darah sepakbola sangat kental mengalir di keluarga Bryan. Selain dirinya dan Iwan, sang abang Gerry Setiawan juga pemain bola dan berposisi sebagai penjaga gawang. Bryan sendiri punya posisi ganda. Anak ke-3 dari 5 bersaudara ini bisa ditempatkan sebagai libero ataupun gelandang bertahan. Kemampuan yang makin identik, karena Iwan Setiawan dulunya bermain di sektor gelandang.


Karir Bryan memang potensial mencuat. Menempa kemampuan tak jauh-jauh dari skala nasional dan internasional. Dirinya pernah bergabung bersama Timnas U-15 berlatih di Singapura. Kini, ia tengah mengikuti akademi sepakbola di Paraguay.


Sewaktu ditemui pada sela-sela latihan seleksi di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Bryan berujar diiringi siulan canda rekan-rekan satu timnya. Ia menyebutkan kalau dirinya amat termotivasi untuk bisa meningkatkan kemampuan dalam skuad muda Aceh di Paraguay.


“Sungguh saya amat bahagia bergabung dan menempa skill di salah satu negara sepakbola dunia. Saya berharap dapat mengasah kemampuan lebih baik di Paraguay nanti,” celotehnya.


Bryan juga mengatakan bahwa untuk itu ia berupaya sekuat tenaga menjaga konsistensi permainan. Meski masih belum terlihat dalam peak performance, setidaknya sang pelatih Miguel Angel Arrue asal Paraguay ini kerap memberikan kesempatan starter pada dirinya.


Kerja keras untuk meningkatkan performa memang wajib dilakoni Bryan. Apalagi ia bercita-cita suatu saat dapat bermain untuk Timnas Indonesia. Jalan kesana memang tak gampang, namun faktor usia, pengalaman serta dukungan penuh dari keluarga menjadi nilai penting yang akan membantunya meraih hal tersebut.Ditanyai jika sukses apakah akan memikirkan karir bermain di klub internasional, Bryan berterus terang hal tersebut jelas menjadi impiannya. “Saat ini saya fokus pada memberikan yang terbaik bagi tanah air. Tetapi, kalau kesempatan itu datang tentu saja saya sangat gembira,” ujarnya sembari tersipu.

Krisis Dana dan Semangat Klub-klub Aceh


PERSOALAN keuangan yang melanda sejumlah klub-klub sepakbola Aceh memang meresahkan peta persaingan si kulit bundar di tanah rencong. Walaupun demikian, masih ada secercah semangat yang ditunjukkan para pemain yang tetap solid membela klubnya masing-masing.

Kendati dibelit permasalahan keuangan klub, PSSB Bireuen mampu menampilkan performa stabil di delapan laga terakhir Indonesia Premier League (IPL). Mereka hanya menuai sekali kekalahan dan dua kali imbang, sisanya sukses dituntaskan Laskar Batee Kureng dengan kemenangan.
Kekalahan itu pun didapat ketika bertandang ke markas Persibat Batang. Skuad besutan Anwar yang memang menurun kondisi fisiknya usai melaksanakan ibadah puasa turun tanpa persiapan penuh. Mereka hanya pasrah ketika dipaksa pulang dengan tangan hampa.

Namun, trek bagus kembali didulang Kubay Qoiyan dkk setelah menumbangkan PSAP Sigli dengan skor telak 2-0. Walau sempat ditahan imbang Persiraja 1-1 di laga sebelumnya, PSSB mulai terlihat berada dalam atmosfer positif.
Hal yang sama juga terjadi di kubu Persiraja Banda Aceh. Gonjang-ganjing ditubuh bonden Kutaraja mengenai gaji pemain yang belum dibayar menjadi momok serius di jeda musim bulan Ramadhan. Bahkan berhembus isu tak sedap soal keengganan pemain kembali memperkuat klub.

Namun, nyatanya klub berjuluk Lantak Laju ini mampu menggoreskan senyum di wajah para pendukung setia mereka dengan mengawali jeda musim lewat raihan mengkilap. Setelah sukses menahan imbang tuan rumah PSSB di Stadion Cot Gapu yang terkenal angker bagi tim-tim lawan, Musawir cs mengganas dengan mempermalukan PSDS Deli Serdang di depan publik sendiri.

Hasil ini tentu jauh meleset dari dugaan semula, dimana awalnya Persiraja ‘divonis’ semakin terpuruk oleh terpaan krisis dana klub yang berkepanjangan. Ditambah lagi, performa yang kurang menjanjikan di awal musim dimana mereka tiga kali tersungkur di kaki lawan. Satu diantaranya justru diderita di kandang sendiri.

Satu-satunya tim asal Aceh yang masih berkutat di papan bawah klasemen sementara IPL hanya PSAP Sigli. Klub yang satu ini memang porak-poranda usai dicemooh pendukung sendiri setelah berkali-kali bertekuk lutut baik laga tandang maupun kandang.

Dua hasil negatif yang diperoleh Laskar Aneuk Nanggroe di dua partai terakhir turut diperparah dengan memanasnya kursi sang pelatih, Sofyan Hadi. Mantan caretaker Persiraja ini absen mendampingi anak-anak asuhnya berlaga. Pihak klub sendiri enggan memberikan keterangan pasti kemana sang arsitek lapangan hijau ini ‘menghilang’.

Kendati demikian, terlepas dari tren buruk yang membelit PSAP, para pemainnya tetap gigih membawa klub Sigli ini ke arah yang lebih baik. Seperti perjuangan spartan yang diperlihatkan Sunday M Seah dkk ketika meladeni PSDS Deli Serdang di Lubuk Pakam. Walau mesti keluar lapangan tanpa poin, para jugador PSAP keluar dengan kepala tegak setelah mampu merepotkan tim tuan rumah. Marka 1-0 itupun didapat PSDS lewat sebuah laga sarat kontroversial.

Saat ini hanya semangat yang mampu membangkitkan klub-klub serambi mekah ini dari keterpurukan. Semangat pantang menyerah dan keyakinan untuk membawa tim ke level yang lebih tinggi menjadi satu telur emas yang tersisa di relung hati terdalam para pemain.Ya, semangat untuk menopang ketidakmapanan tim dan menjejakkan panji-panji tanah rencong di medan peperangan Liga Indonesia.