PSAP Sigli ini tengah dirundung awan gelap. Aib demi aib dituai bonden Pidie di kompetisi Indonesia Premier League (IPL) karena hilangnya rasa kesolidan tim. Ya, inilah saat untuk berevolusi!
Akibat dua kali kekalahan di kandang sendiri, PSAP tanpa ampun terjerembab di dasar jurang degradasi. Tak hanya itu, rasa saling tidak percaya di antara pengurus dan pelatih serta pemain kian memicu retaknya keharmonisan di tubuh Laskar Aneuk Nanggroe.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di antara pengurus PSAP terjadi keretakan. Saling tuding dan menyalahkan sesama pengurus membuat tim kesayangan publik Pidie itu porak-poranda. Para pendukung serta masyarakat pun meminta PSAP segera melakukan evaluasi.
Usman Ali (40 tahun) warga Beureuneun, menuturkan, keterpurukan tim kesayangan masyarakat Pidie itu disebabkan ‘perang’ antar perangkat tim, sehingga pada setiap laga PSAP menderita kekalahan. "Ini jangan dianggap remeh," cetusnya.
Bahkan, kekalahan beruntun PSAP adalah fenomena mengerikan serta ‘dosa’ bagi Stadion Kuta Asan dan suporter Pidie . Pasalnya, dalam sejarah sulit buat tim lawan untuk mengalahkan PSAP di kandang sendiri. "Ini kan akibat tidak becusnya pengurus dalam menangani tim," jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Mustafa (28 tahun), warga Batee. Sebut dia, kekalahan PSAP lebih disebabkan kualitas pemain sangat buruk, sehingga membuat tim ini tidak bisa berbuat banyak di kancah IPL. "Jika tidak ingin terpuruk maka pengurus wajib intropeksi diri, bukannya saling menyalahkan," paparnya.
PSAP kini memang tak berkutik di dasar klasemen sementara IPL. Hal ini jelas membuat peluang ancaman terdegradasi ke Divisi I semakin terbuka. Apalagi para suporter telah jenuh dan lelah oleh tren buruk klubnya.
Kejenuhan ini menjadi handicap serius yang mesti dibaca oleh para petinggi PSAP. Tak jarang sebuah klub ditinggalkan para pendukungnya karena tak mampu bangkit dan enggan mendengarkan suara-suara suporter.
Untuk itu, tak ada jalan bagi bonden Pidie selain melakukan perombakan ekstrim mulai sekarang. Solusinya, bisa saja dengan lebih menaruh perhatian pada saran-saran pendukung dan memberikan ruang gerak lebih luas bagi para pencari bakat untuk menyeleksi para pemain yang dianggap punya mental serta mempu mengembalikan marwah PSAP sebagai salah satu klub yang pernah disegani di peta persepakbolaan nasional.
Ya, jika hal seperti ini dilaksanakan sedari dini, maka bukan tak mungkin taring PSAP kembali menggigit. Taring yang pernah mencabik-cabik kemapanan tim-tim tenar di Liga dan Copa Indonesia.Ayo, PSAP! Bangkit dan tunjukkan bahwa tajimu masih tajam untuk mencengkram dinding terjal Divisi Utama PSSI. Mari lakukan perubahan demi nama Aneuk Nanggroe yang pernah jaya di belantika sepakbola nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar