Kamis, 23 Oktober 2008

Kempo Aceh Minim Dukungan


USAHA untuk meningkatkan prestasi terus dilakukan para insan Kempo di Aceh. Berbagai program serta sumbangan fisik mereka coba demi meningkatkan semangat. Setelah tsunami dan konflik melanda Provinsi paling barat Indonesia ini, mental dan psikis atlet tentunya wajib dibangun kembali.


Upaya membangun hal tersebut tentu bukan hanya mengumbar senyum dan kata-kata. Mereka menuntut agar ada lembaga yang bisa men-support keberadaan salah satu cabang bela diri ini.


Apalagi saat ini mereka tengah serius menggerakkan program atlet kempo untuk anak-anak korban tsunami dan konflik. Anak-anak tersebut direkrut dari sebuah yayasan di Aceh Besar. Panti yang bernama Fajar Hidayah ini selain menampung sejumlah anak-anak korban konflik dan tsunami, juga ada anak-anak yatim dan tak memiliki tempat tinggal.


Haspriadi, atlet senior kempo Aceh, mengatakan bahwa dirinya dibantu beberapa rekannya mencoba membimbing anak-anak yayasan ini untuk serius berlatih kempo. Ia merekrut 25 orang dari yayasan tersebut untuk dibimbing dibawah arahan Deny Firmansyah, seorang pelatih muda yang juga mantan anak asuh Haspriadi.


“Saya menginginkan anak-anak ini dapat menjadi penerus atlet kempo berbakat di Aceh,” ujar Haspriadi. Pria berusia 33 tahun ini menambahkan bahwa suatu saat anak-anak asuhnya tersebut dapat berprestasi baik di ajang nasional maupun internasional.


Namun kendala fasilitas dan dana selalu membentur langkah mulia Haspriadi. Latihan yang dipusatkan di belakang Stadion Harapan bangsa, Lhoong Raya tersebut acapkali tidak disertai oleh fasilitas yang memadai. Mereka berlatih dengan modal fasilitas 'pinjam-pinjam'.


Haspriadi bukannya diam saja dengan hal tersebut. “Saya miris melihat minimnya fasilitas dan dana untuk program ini,” ungkapnya. Meski begitu ia berusaha melengkapi alat-alat latihan dengan fasilitas yang ia punya, itupun seadanya. “Demi melihat anak-anak konsisten latihan, saya sudah meminjamkan beberapa alat-alat yang saya punya, seperti glove, body protector dan matras,” kata atlet yang juga sempat berjibaku di PON Kaltim ini.


Sekretaris Umum Persatuan Kempo Indonesia (PERKEMI) Kota Banda Aceh, Agus Wahyudi, mengatakan bahwa program usia dini ini telah mereka layangkan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) NAD, namun hingga kini belum ada jawaban pasti dari dinas tersebut.


“Kami sudah membuat surat proposal ke DISPORA, tapi belum disetujui,” kata Agus. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tak tertutup kemungkinan program itu akan dilaksanakan tahun depan.Dalam kesempatan lain Agus juga menyebutkan kurangnya kualitas pelatih yang ada. Hal ini tentu saja dibutuhkan generasi atlet masa depan untuk menuai prestasi di ajang yang bergengsi. “Secara umum dan yang paling mendasar kami butuhkan sekarang adalah peningkatan kualitas pelatih. Selama ini kualitas pelatih yang ada tidak mumpuni dalam menggenjot performa atlet,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar