SIANG itu mentari bersinar terik membakar atap genteng Bank BPD Aceh. Namun di sudut ruangan, sesosok pria kekar tampak santai mengawasi para nasabah di balik meja kayu coklat berlabel security. Sekilas, wajahnya yang ditumbuhi jambang lebat terlihat sangar. Kontras dengan pakaian safari yang membalut tubuh gempalnya.
Mungkin sedikit yang menyangka pria itu adalah Marwan Mulieng, mantan atlet tinju tanah rencong yang pernah menjadi legenda di dunia adu jotos nusantara. Ya, Lewat ketangguhannya ia begitu disegani setiap lawan di atas ring.
Petinju kelahiran Laweung, Pidie, 4 Mei 1977 ini memang punya sederet prestasi gemilang. Mulai menekuni tinju pada tahun 1991 di bawah naungan Sasana Pemuda Pancasila Banda Aceh, Marwan langsung menunjukkan bakatnya.
Terbukti di tahun 1995, ia mampu menembus rangking 8 besar nasional. Dua tahun kemudian, Marwan kian mencengangkan mata pengamat tinju ketika secara gemilang menjadi jawara plus petinju favorit pada pentas tinju internasional di Padang, Sumatera Barat. Kala itu, ia sukses menumbangkan lawan-lawannya yang berasal dari Amerika, Filipina dan Australia.
“Saya menjadi juara di Padang. Lawan saya berat-berat karena berasal dari negara-negara yang punya nama besar di olahraga tinju. Alhamdulillah, saya bisa menang sekaligus menjadi juara favorit,” kenangnya.
Tahun 1998, Marwan meraih juara II pada pra-Pekan Olahraga Nasional (PON) di Kalimantan Timur. Di tahun yang sama, ia juga tampil sebagai kampiun pada kejuaraan Sarung Tinju Emas (STI). Saat itu, Marwan menganvaskan kandidat juara, Cem Bahri yang notabene adik dari petinju tenar dan peraih medali emas Asian Games, Pino Bahri. “Saya mengalahkan Cem Bahri yang difavoritkan menang. Padahal dia kan adik dari Pino Bahri,” ujar Marwan bangga.
Setahun kemudian, petinju yang memiliki gaya fighter ini menyabet medali emas pada pra-PON di Irian Jaya dan kembali menjadi nomor satu di ajang STI pada awal millennium. Empat tahun berturut-turut inilah masa keemasan Marwan di dunia tinju sebelum akhirnya pensiun di tahun 2003. Ia memutuskan gantung sarung tinju usai mendulang medali perak pada Sea Games di Vietnam.
Sejak saat itu, Marwan tak lagi berkecimpung di dunia yang pernah membesarkan namanya ini. Ia menghabiskan hari-harinya sebagai salah satu security di Bank BPD Banda Aceh yang dilakoninya mulai tahun 2001 silam. Ia juga tak berminat duduk di jajaran pengurus cabang (pengcab) tinju Banda Aceh.
Alasannya, ia gerah dengan kepengurusan tinju Aceh yang sering plin-plan dalam pembinaan atlet. Selain itu, gonjang-ganjing pihak KONI yang diisukan tak becus mengurus pendanaan olahraga membuat pria yang akrab disapa Cut Mulieng ini kian muak.
“Sejak saya pensiun tahun 2003, saya tak lagi terlibat dalam olahraga tinju. Saya malas melihat orang-orang di Pengcab dan KONI yang tidak becus,” ungkapnya datar.
Kendati demikian, bukan berarti kepeduliannya terhadap perkembangan olahraga tinju ikut memudar. Marwan meminta agar pemerintah daerah terus meningkatkan pembinaan terhadap calon-calon bintang tinju Aceh masa depan.
“Tolong ditingkatkan lagi pembinaan petinju-petinju muda kita. Saya lihat, pemerintah daerah masih kurang perhatian terhadap olahraga yang satu ini,” cetus mantan raja tinju kelas ringan ini getir.
Lelaki berusia 31 tahun ini juga menyayangkan masih adanya atlet-atlet luar yang direkrut oleh Pengda Aceh. Ia meminta agar anak-anak Aceh lah yang mesti digenjot kemampuannya guna mengharumkan nama Serambi Mekkah.
“Tolong Aceh jangan mengambil petinju-petinju luar. Ambil anak daerah sendiri,” tukas Marwan.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah lebih serius menjamin masa depan para atlet. Seringkali kita lihat banyak atlet yang punya prestasi mengkilap namun masa depannya diabaikan oleh negara.
“Negara harus lebih menjamin masa depan atlet. Kalau bukan jadi PNS, ya satpam lah setidak-tidaknya seperti yang telah diberikan Bank BPD Aceh kepada saya,” celoteh pria yang punya tinggi badan 165 cm itu lirih.
Aceh memang punya potensi melahirkan petinju-petinju berbakat. Tak jarang atlet-atlet adu jotos tanah rencong meraih gelar bergengsi serta berandil besar dalam mengharumkan nama daerah dan bangsa. Dan Marwan Mulieng adalah satu di antara mereka.
Ketika ditanya apa resepnya menjadi seorang atlet tinju yang handal, Marwan hanya berujar pendek sembari tersenyum kecil. “Latihan yang tekun dan hargai waktu. Karena setiap detik sangat berharga bagi karir dan kemampuanmu,” pungkasnya seraya mengepalkan tinju.